oke cingu... kali ini yang bakalan kita bahas tentang
lagi-lagi penyanyi dari negeri seberang *lg kecanduan jepang kayaknya*plak.. meski agak terlambat soalya dia sudah penyanyi senior dan terkenal banget but i'ts ok lah..
ini dia sang diva dari jepang "ayumi hamasaki".. *prok..prok.prok..*
Ayumi Hamasaki
浜崎あゆみ |

Ayumi Hamasaki di Taiwan pada bulan Maret 2007 |
Latar belakang |
Nama lahir |
浜崎 あゆみ, 浜崎歩[1] (Hamasaki Ayumi) |
Nama lain |
Ayu, Crea |
Asal |
Fukuoka, Jepang |
Genre |
Pop, electronic dance, rock, klasik, R&B |
Pekerjaan |
Penyanyi, Penulis lagu, Produser kemanan, komposer, aktris, model, pembicara |
Tahun aktif |
1994–1995, 1998–sekarang |
Label |
Columbia Jepang (1995)
Avex Trax (1998–present)
Drizzly (2002–2004) |
Situs resmi |
www.avexnet.or.jp/ayu |
Ayumi Hamasaki (浜崎 あゆみ
Hamasaki Ayumi lahir di
Fukuoka,
Jepang,
2 Oktober 1978; umur 33 tahun), atau dikenal sebagai "Ayu" oleh fansnya, adalah seorang
penyanyi wanita paling terkenal di
Jepang. Ayu dijuluki sebagai "ratu pop Jepang" karena kesuksesannya.
[2][3]
Sejak debutnya pada tahun 1998 dengan
single pertamanya "
poker face",
sampai saat ini ia telah menjual lebih dari 50 juta kopi album dan
single hanya di Jepang saja, belum terhitung di banyak negara lainnya.
Ia telah merilis 10 album studio, 47 single, satu mini album, 5 album
kompilasi dalam naungan perusahaan rekaman
Avex Trax
yang telah menghasilkan banyak hits serta menduduki puncak - puncak
tangga lagu di Jepang. Ia adalah artis solo dan artis wanita tersukses
sekaligus artis kedua tersukses dalam sejarah industri musik Jepang
sampai saat ini. Dengan single ke-40nya, "
Blue Bird", ia telah memecahkan rekor melampaui angka penjualan single yang mencapai 20 juta kopi.
Dengan perilisan singlenya yang ke 39, "
Startin' / Born To Be..."
pada tahun 2006, Ayumi telah menjadi artis wanita pertama yang
mempunyai 32 single yang duduk di nomor 1 tangga lagu Jepang yang
terkenal
Oricon.
Ayumi juga telah mendapat penghargaan
Grand Prix Japan Record Taishou, semacam
Grammy Award Jepang 3 kali berturut-turut. Tapi pada tahun 2004 ia menolak penghargaan untuk singlenya "
INSPIRE", dikarenakan adanya konflik dalam Avex antara
Max Matsuura dengan
Tatsumi Yoda.
Setelah itu Ayu juga kerap kali menolak penghargaan yang ditujukan
untuk dirinya dikarenakan Ayu ingin memberikan kesempatan bagi
penyanyi-penyanyi muda lainnya.
Tahun 2007 Ayu mengeluarkan album kompilasi A BEST 2 dalam 2 versi
yaitu BLACK dan WHITE. penjualan kedua album di minggu pertama menembus
angka 945.000 kopi, dan dengan keluarnya album A BEST 2 ini, Ayumi
menjadi artis kedua yang memecahkan rekor penjualan 2 album yang
dikeluarkan bersama dan menduduki urutan 1 & 2 setelah 37 tahun
tidak ada yang mampu membuat rekor tersebut.
Perjalanan karier
Masa kanak-kanak dan merintis karier
Lahir di
prefektur Fukuoka,
Ayumi Hamasaki dibesarkan oleh ibu dan neneknya. Ayahnya meninggalkan
keluarga saat ia masih berusia tiga tahun dan tidak pernah berhubungan
lagi dengannya.
[4][5] Karena ibunya bekerja untuk menopang keluarga, Ayumi terutama diasuh oleh neneknya.
[4]
Saat berusia tujuh tahun, Hamasaki mulai menjadi model pada institusi
lokal, seperti bank, untuk menambah penghasilan keluarganya. Ia
meneruskan jalur kariernya dengan meninggalkan keluarganya pada umur
empat belas tahun dan pindah ke
Tokyo sebagai model di bawah agen bakat, SOS.
[4]
Karier modelingnya tidak berlangsung lama; SOS mengganggapnya terlalu
pendek dan memindahkannya ke Sun Music, suatu agen musisi. Di bawah nama
"Ayumi", Hamasaki merilis album rap,
Nothing from Nothing, pada label
Nippon Columbia. Ia dikeluarkan dari label itu karena album itu gagal meraih tangga lagu di Oricon.
[6] Setelah kegagalan ini, Hamasaki mulai berakting dan membintangi
film B seperti
Ladys Ladys!! Soucho Saigo no Hi dan drama televisi Jepang seperti
Miseinen, yang kurang mendapat sambutan masyarakat.
[5][7]
Karena semakin tidak puas dengan pekerjaannya, Ayumi meninggalkan
akting dan tinggal dengan ibunya, yang baru saja pindah ke Tokyo.
[4]
Awalnya, Hamasaki adalah murid yang baik, mendapat nilai yang bagus
di sekolah menengah di Jepang. Akhirnya, ia hilang kepercayaan pada
kurikulum itu, berpikir bahwa bidang-bidang yang diajarkan tidak berguna
baginya. Nilainya memburuk karena ia menolak untuk memperhatikan
pelajaran. Saat berada di Tokyo, ia mencoba melanjutkan studinya di
Horikoshi Gakuen, sekolah menengah atas untuk
kesenian namun keluar pada tahun pertama. Karena Ayumi tidak bersekolah, ia menghabiskan banyak waktunya dengan berbelanja di butik di
Shibuya dan berdansa di klub disko milik
Avex, Velfarre.
[4][5]
Di Velfarre, Ayumi diperkenalkan pada orang yang nanti menjadi produsernya,
Max Matsuura, lewat seorang teman. Setelah mendengarkan Ayumi bernyanyi
karaoke, Matsuura menawarinya kesepakatan rekaman, namun Ayumi mengira adanya maksud tersembunyi dan ia pun menolak tawaran itu.
[5] Matsuura terus berusaha dan berhasil merekrut Ayumi untuk label Avex tahun berikutnya.
[5][8] Ayumi mulai berlatih vokal, namun melewatkan banyak kelas setelah mendapati instrukturnya terlalu kaku dan kelasnya menjemukan.
[5] Saat ia mengakui hal ini pada Matsuura, ia mengirim Ayumi ke
New York
untuk melatih vokalnya dengan metode lain. Selama di luar negeri, Ayumi
sering surat-menyurat dengan Matsuura dan membuat Matsuura terkesan
dengan gaya tulisannya. Saat kembali ke Jepang, Matsuura menyarankan
Ayumi untuk menulis lirik lagunya sendiri.
[5]
1998–1999: Naik daun
Album Ayumi di bawah Avex,
A Song for XX (1999), "tidak dianggap":
[9] singlenya tidak menjadi hits utama, dan lagu-lagu di album itu, yang dikomposisi oleh Yasuhiko Hoshino, Akio Togashi (dari
Da Pump), dan Mitsuru Igarashi (dari
Every Little Thing), adalah lagu-lagu pop-rok yang "mencari aman".
[9][5]
Namun, lirik yang ditulis oleh Ayumi, pengamatan introspektif tentang
perasaan dan pengalamannya yang berfokus pada kesendirian dan
indivualisme, diterima publik Jepang.
[10]
Lagu-lagu itu membuat Ayumi mendapat penggemar yang bertambah, dan
album yang dirilis itu sukses: menduduki puncak tangga lagu Oricon
selama lima minggu dan terjual sebanyak lebih dari sejuta kopi.
[11][6][12] Atas prestasinya, Ayumi dianugerahi
Penghargaan Piringan Emas Jepang untuk kategori "Artis Baru Terbaik Tahun Ini".
[13]
Dengan
Ayu-mi-x (Maret 1999), album remixnya yang pertama, Ayumi mulai menjajaki musik di luar pop rok dengan lagu
A Song for XX dan mulai memadukan berbagai aliran musik seperti
trance, musik dansa, dan
orkestra.
[9] Dikomposisi oleh Yasuhiko Hoshino dan
Dai Nagao (dari
Do As Infinity), single itu kemudian dirilis tahun itu yang bernada dansa dan Ayumi mendapat single nomor satu pertamanya ("
Love: Destiny") dan penjualan sejuta single pertamanya ("
A").
[14][15] Album studionya yang kedua,
Loveppears (November 1999), tidak hanya menduduki posisi puncak tangga lagu Oricon, album itu juga terjual sebanyak hampir 3 juta kopi.
[11] Album itu juga memperlihatkan perubahan pada lirik-lirik Ayumi. Meskipun lirik
Loveppears masih berkisar pada kesendirian, banyak lirik yang ditulis dari sudut pandang orang ketiga.
[10] Untuk mendukung
Loveppears, ia memulai tur pertamanya ,
Ayumi Hamasaki Concert Tour 2000 A.
2000–2002: Puncak kesuksesan
Dari bulan April hingga Juni 2000, Ayumi merilis "Trilogy", seri single yang terdiri atas "
Vogue", "
Far Away", dan "
Seasons".
Lirik lagu-lagu ini berfokus pada keputusasaan, cerminan ketidakpuasan
Ayumi bahwa dia mengekspresikan dirinya secara menyeluruh pada
lirik-liriknya sebelumnya dan rasa malu akan dengan citra publiknya.
[16] Sama seperti itu, banyak lagu yang ditulisya pada album berikutnya,
Duty
(September 2000), melibatkan perasaan kesepian, kekacauan, kebingungan
dan beban tanggungjawabnya. Ia menggambarkan perasaannya terhadap
tulisan tersebut sebagai "tidak alami" dan "gugup".
[4][17] Gaya musiknya juga lebih gelap; kontras dengan
Loveppears,
Duty adalah album yang dipengaruhi rock dengan hanya satu lagu dansa, "
Audience".
[4][18] Duty
diterima penggemarnya: "Trilogy" menjadi "single hit" ("Seasons" adalah
lagu yang terjual sejuta), dan album itu menjadi album terlaris Ayumi.
[19][20] Pada penghujung 2000, Ayumi mengadakan
konser hitung mundur Tahun Baru pertamanya di
Yoyogi National Gymnasium.
Tahun 2001, Avex mendesak Ayumi untuk merilis album kompilasi pertamanya,
A Best, tanggal 28 Maret, membuat album itu "bersaing" dengan album studio kedua
Hikaru Utada,
Distance.
"Persaingan" antara dua penyanyi itu (yang diklaim keduanya bahwa hal
itu hanya dibuat-buat oleh perusahaan rekaman mereka dan media massa)
diperkirakan menjadi alasan suksesnya album-album itu; keduanya terjual
lebih dari 5 juta kopi.
[21] Untuk mendukung
Duty dan
A Best, Ayumi mengadakan
tur dome Jepang, membuatnya menjadi salah satu artis Jepang "penarik-top" yang mengadakan konser di
Tokyo Dome.
[22]
I am...
(Januari 2002) menandai beberapa batu pijakan bagi Ayumi. Ayumi
meningkatkan kendali terhadap musiknya dengan mengomposisi semua lagu di
album di bawah nama samaran "Crea"; "
Connected" (November 2002) dan "
A Song Is Born" (December 2001) adalah perkecualian.
[23] I am...
juga memperlihatkan evolusi pada gaya lirik Ayumi: hal itu merupakan
penarikan mundur dari tema-tema "kesendirian dan kebingungan" pada
beberapa lagu-lagu permulaannya.
[24] Terdorong oleh
serangan 11 September, Ayumi merevisi pandangannya di album
I am...,
berfokus pada isu seperti keyakinan dan perdamaian dunia. "A Song Is
Born", pada khususnya, dipengaruhi langsung oleh peristiwa itu.
[24][25] Single itu, duet dengan
Keiko Yamada, dirilis sebagai bagian dari proyek nirlaba Avex
Song+Nation, yang menyumbangkan uang untuk amal.
[26][27][fn 1] Dia juga membatalkan sampul yang direncanakan dan memilih potret dirinya sebagai "dewi perdamaian", ia menjelaskan,
Aku memiliki ide yang berbeda sama sekali tentang sampul tersebut
pertamanya. Kamu sidah menyediakan tempat, memutuskan riasan rambut,
dandanan dan segalanya. Namum setelah insiden itu, seperti khas diriku,
aku tiba-tiba berubah pikiran. Aku tahu saat itu bukan waktunya untuk
tampil menyolok, untuk tatanan dan kostum yang ribet. Itu nampak hal
yang ganjil dariku, tapi aku sadar apa yang kukatakan dan penampilanku
memiliki pengaruh yang besar.[25]
Pandangan yang terinspirasi oleh serangan 11 September berkembang di luar
I am.... Tahun 2002 Ayumi mengadakan konser pertamanya di luar Jepang, pada acara
MTV Asia music awards di Singapura,
[25][28] Suatu gerakan yang diinterpretasikan sebagai permulaan kampanye yang diakibatkan melambatnya pasar Jepang.
[29][30] Di acara tersebut, dia menerima penghargaan untuk "Penyanyi Jepang Paling Berpengaruh di Asia".
[28] Untuk mendukung album
I am..., Ayumi mengadakan dua tur,
Ayumi Hamasaki Arena Tour 2002 A dan
Ayumi Hamasaki Stadium Tour 2002 A.
[31][32] Bulan November 2002, sebagai "Ayu", dia merilis single Eropa pertamanya, "
Connected", lagu
trance dari album
I am... dikomposisi oleh DJ
Ferry Corsten. Lagu itu dirilis di
Jerman pada label Drizzly.
[33]
Ayumi terus merilis single-single (semuanya adalah remix dari lagu-lagu
yang sebelumnya dirilis) di Jerman pada Drizzly hingga tahun 2004.
[33]
Setelah tampil di acara MTV Asia music awards 2002, Ayumi merasa
bahwa hanya dengan menulis lirik berbahasa Jepang, dia tidak mampu
membawa "pesan-pesan"nya ke negara lain. Menyadari bahwa bahasa Inggris
adalah "bahasa global umum", dia menggunakannya untuk pertama kali pada
album studionya yang berikutnya,
Rainbow (Desember 2002).
[34][fn 2][fn 3] Meskipun dia tidak mengkomposisi sebanyak di album
I am...
(hanya sembilan dari lima belas lagu di album itu), dia masih sangat
berperan apda produksinya. Album itu sangat beragam alirannya; Ayumi
memasukkan track dengan pengaruh
rock dan
trip-hop dan juga lagu-lagu "musim panas", "up-tempo" dan "grand gothic" dan bereksperimen dengan teknik baru seperti korus
gospel
dan sorakan para penonton. Lirik-liriknya juga bermacam-macam: tema di
album itu termasuk kebebasan, perjuangan wanita, dan "musim panas yang
berakhir sedih".
[35] "
H", single kedua album itu, menjadi single terlaris tahun 2002.
[fn 4][36] Ayumi membintangi film pendek,
Tsuki ni Shizumu, yang dibuat sebagai video untuk single ketiga album itu, "
Voyage".
2003–2006: Turunnya penjualan